Bisa dibilang, Mario Balotelli merupakan salah satu pemain sepak bola paling kontroversial. Entah didalam atau diluar lapangan, pemain berkebangsaan Italia ini akan selalu membuat heboh insan sepak bola dunia.
Karena kerap melakukan hal-hal yang cenderung negatif, Balotelli sulit untuk mengembangkan potensi nya diatas lapangan. Namun apa yang sebenarnya membuat Balotelli bertingkah demikian?
Akan tetapi, orang tua kandungnya itu tidak mampu membayar tagihan rumah sakit. Lalu, bayi yang baru lahir itu diadopsi oleh pasangan Silvio dan Francesco Balotelli. Keduanya merupakan keluarga kaya yang menjadi kekuatan dibalik ketenaran Mario Balotelli.
Selain itu, nama Balotelli juga muncul dari pasangan tersebut.
Setelah mengetahui bahwa ia telah diadopsi, Balotelli justru marah kepada orang tua kandungnya. Ia merasa dibuang karena orang tuanya dianggap tak melakukan upaya apapun untuk mempertahankannya.
Dari situ, sifat bengalnya mulai tumbuh.
Kisah pilunya tak sampai disitu, saat masuk sekolah di Italia, Balotelli juga kerap menerima perlakuan rasis. Ia bahkan dilarang untuk bermain bola karena memiliki kulit yang berbeda. Parahnya lagi, ia juga kerap dituduh oleh gurunya sendiri.
“Ketika ada camilan yang hilang dari meja di sekolah, para guru langsung menuduhku tanpa menyelidiki lebih dulu,”
“Tapi kemudian ada insiden yang membuatku tidak berhenti menangis. Aku sudah mengerjakan semua PR dan ibu membiarkanku untuk bermain bola. ‘Hai teman-teman, bolehkah aku bermain? Tidak Mario, kamu tidak bisa ikut, kamu hitam’.”
Merasa ditolak dan tak diinginkan oleh kedua orang tua kandungnya, Balotelli semakin hancur karena teman-temannya juga melakukan hal yang sama. Terlebih, alasan teman-teman menolak keberadaan Balotelli adalah karena soal warna kulit.
Lalu, ada lagi hal yang membuat Balotelli merasa tertolak. Itu terjadi ketika dirinya mendapat perlakuan rasis dari para pendukung Italia. Beberapa penggemar tidak ingin ada orang berkulit hitam yang membela Gli Azzuri.
Merespon hal tersebut, Balotelli berkata dengan bangga bahwa Italia telah menjadi bagian hidupnya. Ia merasa darah Italia sudah mengalir deras dalam tubuhnya.
“Aku orang Italia. Aku merasa sebagai orang Italia. Aku akan selalu bermain untuk tim nasional Italia,”
“Ini lebih menarik daripada menjalani debut di Serie A. Hadiah ulang tahun terbaik yang bisa aku terima sekarang adalah panggilan ke timnas Italia, meski aku juga gembira bermain untuk timnas U-21.”
Penolakan berikutnya adalah saat ia berada di Manchester City. Meski bermain cukup gemilang disana, Balotelli kerap terlibat konflik dengan pelatihnya saat itu, Roberto Mancini.
Setelah lelah menangani Balotelli, Mancini tak memasukkan nama pemain asal Italia itu kedalam rencananya. Pasca pergi dari Manchester City, Balotelli kerap bergonti-ganti klub. Performanya labil dan tak kunjung menemukan permainan terbaik.
Keadaan diperparah dengan beberapa perilakuan rasis berikutnya. Saat bermain untuk AC Milan, Balotelli pernah tertangkap kamera saat sedang menangis akibat menerima perlakuan rasis.
“Seandainya aku berkulit putih, maka aku tidak punya banyak masalah. Aku menerima banyak surat dari anak-anak yang menganggapku sebagai contoh karena tidak mundur melawan rasisme. Tapi, aksi rasisme itu sangat memalukan.”
Balotelli mengatakan kalau perlakuan rasis benar-benar membuatnya sedih dan kesepian.
Berbagai pukulan telak itulah yang akhirnya menjadikan Balotelli sebagai pribadi yang keras. Ia tak mau kalah dan sering menimbulkan hal-hal kontroversi.
Hal kontroversi yang paling menghebohkan adalah ketika Balotelli hampir membakar rumahnya sendiri. Ketika itu, ia bermain kembang api di dalam rumah. Hal itu dilakukan karena ia dan teman-temannya sedang menggelar pesta di dalam rumah.
Kembang api yang dinyalakannya di kamar mandi menyambar handuk yang berada didekat sana. Karena api terus berkobar, beberapa ruangan pun tak luput dari lahapan si jago merah.
Meski tak ada korban dalam insiden tersebut, Balotelli tetap menerima kecaman dari berbagai pihak.