Pada November 2005, publik Santiago Bernabeu dibuat kagum dengan aksi gila Ronaldinho. Pria samba menari indah diantara pemain Madrid, sebelum berhasil ceploskan bola ke jala Iker Casillas.
Berkat gol indahnya yang dicetak saat itu, Ronaldinho mendapat applause dari para penggemar el Real. Mereka terkesima dengan gol Ronaldinho yang dicetak melalui cara yang amat mengagumkan.
Namun jauh sebelum pengakuan publik Madrid terhadap Ronaldinho, mereka sudah dibuat bengong dengan aksi menawan pria Belanda bernama Johan Cruyff.
Pada Februari 1974, penggemar Real Madrid bertepuk tangan sekaligus memuja talenta berbakat asal Negri Kincir Angin.
Johan Cruyff sendiri memang punya catatan manis dengan laga el clasico. Cruyff yang mengaku nyaris bergabung dengan Real Madrid pernah merengkuh kesuksesan bersama FC Barcelona, baik sebagai pemain maupun pelatih. Berbagai pengalaman pun telah Cruyff cicipi, termasuk dalam laga panas el clasico itu sendiri.
Selama berada di Barcelona sebagai pemain pada periode 1973 hingga 1978, Cruyff tercatat tampil sebanyak delapan laga el clasico dengan rincian empat kemenangan, dua imbang, dan dua kekalahan. Semuanya merupakan pertandingan liga.
Salah satu laga yang paling diingat olehnya tentu pada 1974. Saat itu, Barcelona harus melakukan perjalanan ke Santiago Bernabeu. Laga itu sendiri dijuluki sebagai laga yang paling panas. Pasalnya, dalam pertandingan tersebut, terjadi dua rivalitas terbesar dalam dunia sepak bola. Selain el clasico itu sendiri. Persaingan klasik antara Johan Cruyff dan Gunter Netzer juga terjadi.
Bentrokan dua legenda sepak bola itu memang selalu dinantikan. Selalu ada cerita menarik ketika Cruyff dan Gunter bentrok diatas lapangan.
Saat itu, Cruyff harus berterima kasih kepada Vic Buckingham. Jika bukan karenanya, Cruyff mungkin tidak bisa membela kesebelasan asal Spanyol. Praktis, persaingan Cruyff dan Gunter pun tidak akan terjadi. Seperti diketahui, saat itu Spanyol memiliki aturan untuk tidak merekrut pemain dari luar negri, dan Buckingham menjadi pihak yang meminta agar larangan itu dicabut.
Johan Cruyff, yang sebelumnya memang sudah menjadi dewa di Ajax mampu membawa perubahan besar bagi filosofi permainan Barcelona. Ia begitu garang namun tetap indah dalam membawa bola.
Keberadaannya saat itu benar-benar membawa tonggak keberhasilan bagi FC Barcelona dalam partai yang teramat penting.
Perlu diketahui, sebelum Cruyff datang, Barcelona berada dalam jurang kehancuran. Mendatangkan Rinus Michel saat itu tak terlalu menjadi solusi. Barulah saat sang pelatih membawa putra terbaiknya ke Camp Nou, Barcelona yang sempat tempati posisi ke 17 klasemen, langsung merangsak naik dengan diiringi kemenangan beruntun.
Pertandingan melawan Madrid lalu menjadi pembuktian besar Cruyff. Sama-sama mengandalkan fomasi 4-3-3, kedua tim tampil dengan penuh gairah. Dalam beberapa menit pertama, duel antara Cruyff dan Netzer terlihat begitu jelas.
Dibantu dengan Carles Rexach disisi sayap, Cruyff diberi kebebasan di lini tengah dan sedikit ditugaskan untuk menopang striker utama.
Peluang pertama Barcelona datang dari Cruyff setelah ia melakukan gocekan indah yang gagal diamankan oleh Benito. Namun beruntung gawang el Real masih selamat. Real Madrid bukan tanpa perlawanan. Amancio Amaro melakukan umpan silang dari sisi kanan. Namun sayang, Aguilar gagal meraihnya.
Selain itu, Manuel Velazquez juga berhasil menciptakan peluang paling berbahaya dalam pertandingan ini. Akan tetapi tetap saja gawang el Barca masih aman dari kebobolan.
Momen berbahaya yang diciptakan Madrid saat itu benar-benar telah memicu Barca untuk tampil lebih agresif.
Hingga pada akhirnya Hugo Cholo Sotil berhasil membuka keunggulan Barcelona. Melalui permainan indah dan umpan-umpan yang menawan, Sotil berhasil menjebol jala Garcia Remon.
Sekitar delapan menit kemudian, Johan Cruyff menggila. Pria Belanda memainkan bola dan melewati sejumlah pemain Madrid di dalam kotak pinalti lawan. Setelah mempertontonkan aksi menawan nan mematikan, Cruyff berhasil menggandakan keunggulan FC Barcelona.
Skor babak pertama 0-2 untuk keunggulan Barcelona. Sebetulnya di babak pertama, Madrid masih tergolong mengimbangi permainan el Barca. Namun karena keberuntungan lebih berpihak ke tim tamu, jadilah mereka ketinggalan dua gol.
Di babak kedua, el Barca tetap pada permainan konsisten. Mereka mampu menguasai pertandingan dan seolah berkata pada tim tuan rumah bahwa hari itu adalah milik mereka.
Lagi-lagi, melalui kontribusi besar Johan Cruyff, Barcelona kembali tebar ancaman. Dan tak berselang lama, Asensi yang tidak mendapat pengawalan ketat dari sisi kiri melaju mulus hingga ke kotak pinalti el Real. Tanpa pikir panjang, pemain tersebut langsung mengarahkan bola kedalam gawang. 0-3 untuk keunggulan Barcelona.
Untuk gol keempat, Cruyff kembali memegang kunci permainan. Ia yang melihat Juan Carlos berlari bebas disisi kanan langsung mengarahkan bola kearah tersebut. Carlos yang saat itu tanpa penjagaan dengan mudah menjebol gawang Real Madrid.
Garcia Remon yang sudah kebobolan empat gol tetap tidak berputus asa. Pasca gol yang dilesatkan Juan Carlos, ia beberapa kali melakukan penyelamatan gemilang.
Namun disisa-sisa pertadingan, Cruyff yang menendang bola mati di sisi kiri pertahanan el Real mampu memberi umpan matang kepada Asensi. Dalam laga itu, berkat umpan ciamik Cruyff, Asensi mencetak gol keduanya.
Di akhir laga, para penggemar Madrid yang hadir memuji permainan Barcelona. Mereka seolah dipaksa mengakui keunggulan rival abadi dan menyoroti Johan Cruyff sebagai aktor utama dari pembantaian di hari itu.
Saat pulang ke Katalan, para pemain Barcelona khususnya Cruyff mendapat sambutan yang sangat luar biasa. Mereka merayakan kemenangan yang akan selalu dikenang sepanjang sejarah.
Disisi lain, Gunter Netzer yang dianggap sebagai pahlawan Real Madrid tak mampu berbuat banyak. Ia hanya pasrah melihat timnya dihancurkan. Kekalahan Madrid 0-5 di kandang sendiri mungkin merupakan realita terpahit yang harus diterima para pemain kala itu. Betapa tidak, kekalahan di tanah sendiri menjadi pemberitaan utama di berbagai media.